Selasa, 05 November 2013

empowerment, stres dan konflik (sap minggu ke 12 dan 13)


Definisi Empowerment

Pemberdayaan merupakan suatu konsep yang diadopsi dari kata “empowerment” . Menurut Webster dan Oxford English Dictionar(Priyono dan Pranarka, 1996) kataempowerment atau empower mengandung dua pengertian yaitu; pertama to give power or authority to, kedua to give ability or enable . Jadi dapat dipahami pengertian pertama sebagai memberi kekuasaan, mengalihkan kekuatan atau mendelegasikan otoritas ke pihak lain. Sedangkan pada pengertian kedua dipahami sebagai upaya untuk memberikan kemampuan atau keberdayaan.
Dalam konteks kerja seorang sekretaris eksekutif, empowerment mengandung arti bahwa aku bisa mengambil keputusan atau tindakan tertentu sepanjang risiko dari tindakan itu terukur, dan dalam kerangka yang aman untuk dilakukan.

 Definisi STERS
Stress adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang. Bahkan stress dapat membuat produktivitas menurun, rasa sakit dan gangguan-gangguan mental. Pada dasarnya, stress adalah sebuah bentuk ketegangan, baik fisik maupun mental.
Dadang Hawari (1997 : 44-45) istilah stress tidak dapat dipisahkan dari stressdan depresi karena satu sama lainnya saling terkait. Stress merupakan reaksi fisik terhadap permasalahan kehidupan yang dialaminya; dan apabila fungsi organ tubuh sampai terganggu dinamakan stress. Sedangkan depresi merupakan reaksi kejiwaan terhadap stressor yang dialaminya.Stres dapat diartikan sebagai respons (reaksi) fisik dan psikis yang berupa perasaan tidak enak, tidak nyaman, atau tertekan terhadap tekanan atau tuntutan yang dihadapi. Diartikan juga reaksi fisik yang dirasakannya tidak nyaman sebagai dampak dari persepsi yang kurang tepat terhadap sesuatu yang mengancam keselamatan dirinya, merusak harga dirinya, menggagalkan keinginan atau kebutuhannya.
Menurut Selye (1976) stress diawali dengan reaksi waspada (alarm reaction) terhadap adanya ancaman, yang ditandai oleh proses tubuh secara otomatis, seperti: meningkatnya denyut jantung, yang kemudian diikuti dengan reaksi penolakan terhadap stressor dan akan mencapai tahap kehabisan tenaga (exhaustion) jika individu merasa tidak mampu untuk terus bertahan.


 SUMBER ATAU PEMICU STRES (STRESSOR)
Faktor pemicu stres dapat berasal dari berbagai sumber, yang dapat diklasifikasikan sebagaimana berikut ini.

1.      Stressor Fisik-Biologis
Stressor fisik-biologis adalah faktor peicu stres yang berasal dari kondisi fisik-biologis yang tidak sesuai dengan keinginan dan harapan individu. Misalnya; penyakit yang sulit disembuhkan, cacat fisik atau kurang berfungsinya salah satu anggota tubuh, wajah yang tidak cantik/ganteng, dan postur tubuh yang di persepsi tidak ideal (seperti terlalu kecil, kurus, pendek, atau gemuk).

2.   Stressor Psikologis
Stressor psikologis merupakan faktor penyebab stres yang berasal dari kondisi kejiwaan (psikologis) yang tidak mampu menyesuaikan diri dan atau tidak dapat menerima kenyataan. Misalnya; negative thingking atau berburuk sangka, frustasi (kekecewaan karena gagal memperoleh sesuatu yang diinginkan), hasad (iri hati atau dendam), dengki, sikap permusuhan, perasaan cemburu, konflik pribadi, dan keinginan yang diluar kemampuan.

3.   Stressor Sosial
Stressor Sosial adalah faktor pemicu stres yang berasal dari kondisi lingkungan dan atau interaksi sosial.
a.       Iklim kehidupan keluarga; hubungan antaranggota keluarga yang tidak harmonis (broken home), perceraian, suami atau istri selingkuh, suami atau istri meninggal, anak yang nakal (seperti : suka melawan kepada orang tua, sering membolos dari sekolah, mengkonsumsi minuman keras, dan menyalah gunakan obat-obatanterlarang), sikap dan perlakuan orang tua yang keras, salah seorang anggota keluarga, mengidap gangguan jiwa, dan kesulitan ekonomi keluarga.
b.      Factor pekerjaan; kesulitan mencari pekerjaan, pengangguran, kena PHK (Pemutusan Hubungan Kerja), perselisihan dengan atasan, jenis pekerjaan yang ridak sesuai dengan minat dan kemampuan, dan penghasilan tidak sesuai dengan tuntutan kebutuhan sehari-hari.
c.       Iklim lingkungan; maraknya kriminalitas, tawuran antar pelajar, hargakebutuhan pokok yang mahal, kurang tersedia fasilitas air bersih yang memadai, kemarau panjang, udara yang sangat panas/dingin, suara bising, polusis udara, lingkungan yang kotor atau kondisi perumahan yang buruk, kemacetan lalu lintas, bertempat tinggal didaerah banjir atau rentan tanah longsor, serta situasi kehidupan politik dan ekonomi yang tidak stabil.

Keterkaitan antara Stressor, respons dan dampak stress dapat dilihat pada skema berikut:
                                                          RESPONS EMOSI
                                                               Marah, cemas, takut,
                                                               Kehilangan semangat,
                                                               Duka cita

STRESSOR → PERSEPSI             RESPONS FISIK
                                                              Perubahan biokimia tubuh,
                                                              Fluktuasi hormonal

                                                        RESPONS PERILAKU
                                                             Mencari pertolongan dan
                                                             Memecahkan masalah, atau
                                                             Berperilaku negatif


Definisi Konflik
Ada beberapa pengertian konflik menurut beberapa ahli.
Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977), konflik merupakan warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara berterusan.
Menurut Gibson, et al (1997: 437), hubungan selain dapat menciptakan kerjasama, hubungan saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing – masing komponen organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri – sendiri dan tidak bekerja sama satu sama lain.
Jenis-Jenis Konflik
Menurut Dahrendorf, konflik dibedakan menjadi 4 macam :
Konflik antara atau dalam peran sosial (intrapribadi), misalnya antara peranan-peranan dalam keluarga atau profesi (konflik peran (role))
Konflik antara kelompok-kelompok sosial (antar keluarga, antar gank).
Konflik kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan massa).
Koonflik antar satuan nasional (kampanye, perang saudara)
Konflik antar atau tidak antar agama
Konflik antar politik.
Menurut Robbins (1996) proses konflik terdiri dari lima tahap, yaitu:
  • (1) oposisi atau ketidakcocokan potensial; 
  • (2) kognisi dan personalisasi; 
  • (3) maksud; 
  • (4) perilaku; dan 
  • (5) hasil.
Oposisi atau ketidakcocokan potensial adalah adanya kondisi yang mencipta-kan kesempatan untuk munculnya koinflik. Kondisi ini tidak perlu langsung mengarah ke konflik, tetapi salah satu kondisi itu perlu jika konflik itu harus muncul.

Kondisi tersebut dikelompokkan dalam kategori: komunikasi, struktur, dan variabel pribadi. Komunikasi yang buruk merupakan alasan utama dari konflik, selain itu masalah-masalah dalam proses komunikasi berperan dalam menghalangi kolaborasi dan merangsang kesalahpahaman.

Struktur juga bisa menjadi titik awal dari konflik. Struktur dalam hal ini meliputi: ukuran, derajat spesialisasi dalam tugas yang diberikan kepada anggota kelompok, kejelasan jurisdiksi, kecocokan anggotatujuan, gaya kepemimpinan, sistem imbalan, dan derajat ketergantungan antara kelompok-kelompok.

Variabel pribadi juga bisa menjadi titik awal dari konflik. Pernahkah kita mengalami situasi ketika bertemu dengan orang langsung tidak menyukainya? Apakah itu kumisnya, suaranya, pakaiannya dan sebagainya. Karakter pribadi yang mencakup sistem nilai individual tiap orang dan karakteristik kepribadian, serta perbedaan individual bisa menjadi titik awal dari konflik. Kognisi dan personalisasi adalah persepsi dari salah satu pihak atau masing-masing pihak terhadap konflik yang sedang dihadapi. Kesadaran oleh satu pihak atau lebih akan eksistensi kondisi-kondisi yang menciptakan kesempatan untuk timbulnya konflik. Bilamana hal ini terjadi dan berlanjut pada tingkan terasakan, yaitu pelibatan emosional dalam suatu konflik yang akan menciptakan kecemasan, ketegangan, frustasi dan pemusuhan. Maksudnya adalah keputusan untuk bertindak dalam suatu cara tertentu dari pihak-pihak yang berkonflik. Maksud dari pihak yang berkonflik ini akan tercermin atau terwujud dalam perilaku, walaupun tidak selalu konsisten.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar